ONESHOOT | UNTITLED | FAN FICTION | SUGA | BTS

autumn_cottages_w1

Author : Vy

**
Cast(s) :
• Park Gi Rim
• Min Yoon Gi (Suga BTS)
• Kiko
• And other

**
Rate : PG-17
Genre : Romance, Sad, Angst
Disclaimer : This FF is MINE!!!
Lenght : Oneshoot
NB : Italic = Falashback

REPOST FROM tantanponpon621

**
-Gi Rim POV-


“Aku berjanji, aku tak akan seperti kekasihmu yang dulu. Aku berjanji akan menjaga dan mengerti dirimu.Menerima semua yang ada padamu. Aku janji.”
“Kau yakin? Kau tahu kan kalau ak-“
“Aku tak peduli. Aku tak peduli semua masa lalumu. Percaya padaku. Aku akan berusaha sebisa mungkin menjagamu dan membahagiakanmu.”
“Aku percaya padamu… Aku percaya…”

***
Sial!
Lagi-lagi aku mengingatnya!
Mengingat kembali janji yang dia ucapkan dulu.
Haahh…
Indah memang. Sangat indah…
Kala aku mengingat apa yang pemuda katakan padaku dulu…
Apa yang pemuda itu lakukan padaku hingga aku percaya padanya dulu…
Tapi, lagi-lagi, itu dulu…
Dulu dan sekarang sudah berbeda…

***
“Gadis itu cantik…” Pujiku pada seorang gadis yang melintas di depan kami. Pemuda ini menoleh ke arah gadis itu sekilas. Kemudian kembali meminum minumannya.
“Namanya Kiko. Dia model keturunan Jepang-Korea-Jerman.” Jelasnya padaku.
“Oh, begitu… Pantas saja dia cantik. Kau mengenalnya?” Tanyaku padanya, yang diangguki olehnya.
“Dia model baru di agency kami. Aku berkenalan dengannya beberapa hari yang lalu. Dia ramah, tak seperti wajahnya yang terlihat sedikit, yaahh begitulah.”
“Cantik, ramah… Sempurna! Dia pasti menjadi incaran semua pria. Dan pasti banyak pria yang mengaguminya.”
“Kecuali aku!” Pemuda ini menyelak ucapanku. Membuatku memandangnya heran.
“Kau tak mengaguminya? Kenapa? Kau normal kan?” Tanyaku padanya.
Dia memandangku intens dan menggenggam tanganku. “Aku normal tentu saja. Tapi aku tak tertarik padanya. Untuk apa aku tertarik padanya kalau gadis yang di hadapanku ini lebih menarik, hm?” Ucapnya sambil menaik turunkan alisnya. Menggodaku.
Aku mendengus, tertawa kecil mendengar ucapannya. “Aku tak mempan dengan rayuanmu.” Aku menjulurkan lidahku. Mengejeknya.
Dia terkekeh melihatku. Pemuda ini kemudian mengecup bibirku sekilas. “Aku tak merayumu. Aku berbicara kenyataan. Perlu kau ingat, Kau adalah milikku. Dan aku adalah milikmu. Min Yoon Gi dan Park Gi Rim”

***
Aku tersenyum, mengingat kenangan kita dulu…
Lucu…
Manis…
Namun, menyakitkan…
Ya! Sangat menyakitkan mengingatnya. Mengingat bagaimana sikapmu padaku, dulu…
Sangat menyakitkan, mengingat kenangan kita dan membandingkannya dengan apa yang aku alami sekarang…
Membandingkan ucapanmu dengan apa yang aku lihat sekarang…
Ya! Disinilah aku sekarang.
Bak orang bodoh, aku duduk di pojok ruangan rumah makan ini. Memandang sepasang kekasih yang sedang bercengkrama mesra.
Memandang kekasihku dengan kekasihnya…
Ya! Kekasihnya…
Entah sejak kapan, namun aku tahu, kekasihku memiliki kekasih…
Kekasihku, bukan hanya milikku. Tapi, milik gadis lain…
Kiko…
Gadis beruntung itu…
Gadis yang saat ini menjadi perhatian kekasihku…
“Hahaha. Yoon Gi, Yoon Gi… Lucu sekali kau…” Sayup-sayup aku mendengar tawa dari bibir gadis cantik itu.
Anggap saja aku Stalker. Karna memang begitulah nyatanya.
Memata-matai kekasihku sendiri. Konyol kan? Sangat bodoh kan?
Ya, aku tahu itu. Tapi, apa yang bisa ku perbuat?
Mendatanginya, kemudian menarik Yoon Gi? Dan mengatakan pada gadis itu kalau ‘Yoon Gi milikku’? Haaahh! Yang benar saja…
“Hehehe… Aku memang lucu Kiko~ Kau saja yang baru sadar. Hahaha…”
Lihatlah tawa itu…
Senyum itu…
Begitu lepas. Cerah…
Membuatku ikut menyunggingkan senyumku kala melihat senyumnya…
Bayangkan jika aku menghampirinya? Senyum itu akan pudar. Dan aku, tak ingin hal itu terjadi.
Apalah artinya perasaanku, karena melihatnya tersenyum saja. Itu sudah lebih dari cukup untukku.
Meskipun aku tahu senyum itu bukan untukku…
Aku tertawa miris kala mengingat ucapan dari teman-temanku…
‘Kenapa kau tak meninggalkannya?’
‘Kenapa kau mempertahankan lelaki sepertinya?’
‘Kenapa kau tak menghampiri gadis itu dan mengatakan bahwa Yoon Gi adalah kekasihmu?’
Ya, kira-kira seperti itulah pertanyaan yang sering diajukan teman-temanku…
Sekali lagi kubilang, bahwa memang aku bodoh…
Aku memilih untuk mempertahankan hubungan ini, dengan berpura-pura tak tahu jika kekasihku memiliki kekasih lain.
Sakit memang… Sangat sakit…
Tapi, ini pilihanku…
Aku bukan tak ingin Yoon Gi bahagia. Bukan…
Aku ingin Yoon Gi bahagia, siapapun gadis itu…
Aku hanya, ingin Yoon Gi jujur…
Dan aku ingin Yoon Gi mengingat apa yang ia katakan padaku dulu…
***
“Jangan pernah kau mencoba meninggalkanku Gi Rim…”
“Tak akan. Aku selalu disini. Bersamamu. Untukmu. Kecuali…”
“Kecuali?”
“Kecuali kau yang memintaku untuk pergi, maka aku akan pergi. Selama kau tak meminta aku pergi darimu, maka aku akan terus disini bersamamu.”
“Hahaha. Baiklah. Aku setuju. Jadi jangan pernah kau pergi dariku, kecuali jika aku yang memintamu pergi. Deal?”
“Deal!”
***
Aku hanya menunggunya…
Masih menunggunya…
Menunggunya mengatakan ‘Gi Rim! Pergi dari hidupku!’ Hanya itu…
Aku sudah tak berharap banyak. Karna aku tahu, aku bukan lagi harapannya.
Kiko…
Ya! Kiko adalah harapannya saat ini…
Bukan Park Gi Rim…
Kini aku hanya mencoba menjadi seseorang yang baik untuknya…
Menepati janjiku padanya…
Setidaknya, dengan aku bertahan, aku menepati janjiku padanya untuk tidak meninggalkannya, kecuali jika ia yang memintanya…
Eh?! Kemana mereka?
Ah, aku terlalu banyak melamun. Hingga tak menyadari mereka berdua telah meninggalkan rumah makan ini. Hahaha.
Aku pun pergi dan memilih kembali ke apartment kami…
Menunggunya pulang…
***
Aku memandang dinding apartment kami. “Kau terlalu narsis atau bagaimana? Bagaimana bisa di sekeliling dinding kau menggantung foto kita berdua. Dan ini? Pigura-pigura ini. Foto kita juga? Yang benar saja.” Bagaimana aku tak heran jika melihat dinding apartment yang baru saja kami tinggali ini penuh dengan foto kami berdua. Ditambah dengan pigura kecil di meja ruang tamu yang juga berisi foto kami.
Pemuda ini benar-benar…
Ia terkekeh. Menunjukkan cengiran innocent-nya. Ia berjalan mendekat kearahku dan mengecup keningku sekilas.
“Bagaimana? Keren kan? Ini ku lakukan, agar semua tahu, kalau apartment ini adalah milik kita. Tempat tinggal kita berdua…”
***
Aku memandang miris dinding apartment ini…
Semua foto yang dulu dipajangnya sudah tergantikan dengan fotonya dan juga teman-temannya…
Dan juga fotonya bersama Kiko…
***
“Aku sudah memajang foto kita berdua di apertmentku. Kau harus melihatnya sesekali.”
Aku menghentikan kegiatanku melepas sepatuku. Mendengar ia berbicara dengan seseorang di telpon.
“Ne… Yasudah, aku tutup telponnya. Jangan lupa makan… Bye.”
“Aku pulang!” Sapaku.
Ku lihat Ia memandangku sekilas, kemudian kembali melakukan kegiatannya.
“Kau sedang apa?” Tanyaku. Ku lihat ia menatapku, malas.
“Kau tak lihat aku sedang apa?” Jawabnya malas.
Aku hanya mengangguk, mengerti. “Kau mengganti semua fotonya? Eh?! Inikan gadis itu? Kiko kan?”
“Iya. Jangan salah paham.”
Aku menggeleng. “Tidak. Aku mengerti kalian hanya rekan satu agency kan?”
Dia hanya berdecak menanggapiku.
Kenapa dia? Apa aku salah bicara? Atau ada perbuatanku yang melukainya?
“Kau sudah makan siang? Mau ku buatkan makanan?” Tawarku padanya.
“Tidak!”
“Ah, kau pasti sudah makan. Baiklah. Kalau begitu, mari kubantu.” Aku duduk di hadapannya.hendak membantunya mengganti foto-foto kami dengan fotonya bersama teman-temannya.
Ia meletakkan kasar fotonya, menatapku tajam. Membuatku sedikit bergidik.
“Cepat bersihkan tubuhmu dan tidurlah. Aku bisa melakukannya sendiri.” Ketusnya.
Ada apa dengannya?
***
Dan baru aku tahu, sejak saat itulah, ia bukan lagi milikku…
Ia bukan lagi Yoon Gi yang ku kenal…
Aku tersenyum, miris…
Kenapa aku baru menyadarinya…
Sebegitu bodohnya aku? Sebegitu tak pekanya diriku?
Hahaha. Kau bodoh Gi Rim. Benar-benar bodoh…
Ah! Aku melamun lagi!
Fokus Gi Rim! Fokus!
Kau sedang memasak. Jangan sampai masakanmu hangus atau lebih parahnya kau membakar apartment ini hanya karna lamunanmu…
Huh! Sejak kapan aku menjadi pelamun begini? Hahaha, Min Yoon Gi… Kau hebat! Kau sukses membuatku menjadi seperti ini…
Aku meneruskan kegiatanku, memasak makanan kesukaannya. Berharap kali ini ia mau memakan masakanku.
Aku ingat dulu ia selalu memuji bahwa masakanku terasa special untuknya. Membuat selera makannya meningkat.
Tapi itu dulu…
Dulu sebelum semuanya berubah…
Dan sejak hatinya bukan lagi untukku, ia tak pernah sekalipun memakan masakanku…
Dengan berbagai alasan, ia menolak memakan masakanku…
Lalu? Kenapa aku tetap memasak? Padahal jelas-jelas masakanku akan berakhir di tong sampah nantinya.
Hahaha, Bodoh bukan?
Tapi aku tak pernah lelah…
Aku berharap, ia mau memakan masakanku sekali ini saja…
Bahkan dalam lubuk hatiku, aku berharap keadaan akan kembali menjadi seperti dulu. Walau aku tahu itu sangat tidak mungkin…
***
“Yoon Gi~”
“Hm?”
Aku duduk mendekat kearahnya yang sedang serius menonton film. Memeluknya dari samping. Menyandarka kepalaku di dadanya.
“Serius sekali?” Tanyaku sambil menyamankan pelukanku.
“Bisa kau lepaskan pelukanmu?”
Aku mendongak, menatapnya heran. “Kenapa? Biasanya kau juga suka jika ku peluk, hm?” Tanyaku edikit menggoda.
“Ck! Aku bilang lepaskan! Ini mengganggu!” Bentaknya. Membuatku diam, membatu. Terlalu kaget dengan sikapnya.
Aku melepaskan pelukannya. “Maaf.”
“Berhentilah bersikap manja. Berhenti bersikap kekanakan!”
***
Aku memang kekanakan. Mungkin itu yang membuatnya muak padaku…
Haaahh…
Jam 11 malam? Tapi dia belum juga pulang? Kemana saja dia?
Aku mengambil ponselku, hendak mengiriminya pesan.
‘Cklek’
“Aku pulang!”
Ah, akhirnya dia pulang..
Aku bergegas menghampirinya. Menyambutnya.
“Selamat datang…” Aku tersenyum menyapanya. Dan ia membalasnya dengan senyum singkat.
“Aku membuatkanmu makanan kesukaanmu. Kau makanlah dulu, aku akan menyiapkan air hangat jika kau ingin mandi.”
“Aku tak lapar. Aku mau tidur.”
Dan ia pun melenggang pergi ke dalam kamarnya.
Benar kan apa kataku…
Makanan ini harus kembali berakhir ke dalam tong sampah…
Haaahh… Yasudah lah…
Lebih baik aku segera membereskan ini semua…
Membuang makanannya…
Mencuci semua piring kotor…
Membereskan meja makan…
Sudah! Akhirnya beres juga…
Aku segera mencuci tanganku dan berganti pakaian sebelum merebahkan tubuhku diatas ranjang…
Aku merebahkan tubuhku diatas ranjang. Memutar tubuhku ke kanan. Menghadap Yoon Gi yang sudah tertidur lelap di sampingku…
Ku pandangi paras sempurnanya…
Wajahnya terlihat begitu damai. Begitu polos saat tertidur…
Aku mengangkat tanganku, hendak menyentuh wajahnya…
Namun, dia berbalik… Memunggungiku…
Bahkan di saat tidur pun kau enggan menatapku?
Aku memandangi punggungnya…
‘Kau memang terlalu jauh untuk ku gapai Yoon Gi… Sangat jauh…’
***
Aku terbangun dari tidurku. Ku lihat sudah tak ada orang di sampingku…
Ah, mungkin dia sedang mandi…
Lebih baik aku bangun… Menyiapkan sarapan untuknya…
Aku bergegas ke dapur. Toast dan segelas susu. Tak buruk untuk sarapan bukan?
Aku mulai menyiapkannya. Dua gelas susu untukku dan Yoon Gi, juga membuat toast untuk kami.
‘Cklek’
Kulihat ia keluar dari kamar dengan penampilan yang sangat rapi. Ah, tampan sekali Yoon Gi-ku…
Eh?! Maksudku, Min Yoon Gi…
“Kau sudah mau pergi? Kau tak sarapan dulu?”

***
“Kau sudah mau pergi? Tak sarapan dulu, hm?”
“Kau membuat apa?”
“Hanya Toast dan susu. Maaf tak sempat memasak sarapan untukmu…”
“Tak masalah… Kalau begitu, ayo kita sarapan… Selamat makan…”
***
“Nanti saja. Aku akan sarapan di kantor.” Jawabnya padaku. Aku tersenyum maklum. Menghentikan kegiatanku untuk mengantarnya, stidaknya hingga ke depan pintu.
***
“Hati-hati di jalan ya…” Pesanku padanya. Ia tersenyum, mengecup kening dan bibirku sekilas.
“Kau juga. Selesai kuliah segeralah pulang. Oke? Aku berangkat. Bye~”
***
“Hati-hati di jalan…”
“Hm!” Gumamnya dan langsung melenggang pergi tanpa memandangku.
Aku menyandarkan tubuhku pada dinding. Memegangi dadaku yang terasa amat sesak.
Mencoba menstabilkan nafasku dan juga emosiku…
“Fiuuuhh…” Aku menghela nafasku. Mencoba menenangkan diriku sendiri.
Ah, melamun membuang waktuku. Lebih baik aku segera sarapan dan bergegas ke kampus.
***
“PARK GI RIM!!!”
Aku mengusap telingaku yang berdengung akibat teriakan kawanku ini.
“Ada apa Kim Jung Yeon? Tak bisakah kau mengecilkan volume suaramu itu hah?” Kesalku padanya.
Ku lihat ia mendengus. Kesal mungkin.
“Aku dan Lissette lapar. Dari tadi kami memanggilmu. Mengajakmu makan. Kau malah melamun. Huh!” Sembur Jung Yeon padaku. Gadis ini, cantik wajahnya namun kelakuannya tak ubahnya seperti preman.
“Pasti memikirkan Yoon Gi.” Celetuk Lissette. Kawan mungilku yang berasal dari Mexico. Wajahnya terlihat malas. Mungkin ia bosan melihatku melamun. Hahaha.
Aku hanya mengeluarkan cengiran tanpa dosaku pada mereka. Membuat mereka memutar kedua bola mata mereka. “Sudahlah… Jangan marah… Hey, Lissette! Kau kan baru saja resmi berpacaran dengan Choi Min Ho, jadi kau harus mentraktir kami berdua.” Ucapanku membuat kedua temanku menepuk keningnya. Aku menatap mereka heran.
“Kau tak mendengar kami bilang apa tadi?” Tanya Jung Yeon. Aku hanya menggeleng. Aku benar-benar tak tahu.
Lissete menghela nafasnya. “Aku memang mau mentraktir kalian. Aduh Gi Rim, sampai kapan kau menjadi pelamun seperti ini terus hah?”
“Hehehehe, Peace… Kalau begitu, AYO!” Aku segera bangkit. Menarik tangan kedua sahabatku. Menuju cafe langganan kami.
Celotehan Lissette dan Jung Yeon membuat hatiku tenang. Mereka memang paling mengerti bagaimana cara menghiburku.
Melihat Jung Yeon yang mengajarkan kalimat-kalimat baru pada Lissette. Melihat Lissette yang marah karna ditipu Jung Yeon. Lissette yang mengolok kekasih Jung Yeon, Seok Jin. Dan Jung Yeon yang balas mengolok Min Ho. Kemudian mereka tertawa bersama. Itu semua mampu membuat perasaanku jauh lebih baik.
“Eh?! Tumben sekali cafe itu rame?” Gumam Lissette.
Kami mengangkat bahu kami. “Aku tak tahu. Kita lihat saja.” Ucap Jung Yeon yang kemudian berjalan mendahului kami. Aku dan Lissette saling bertatapan sejenak, kemudian mengikuti langkah Jung Yeon.
Dapat kami lihat raut wajah Jung Yeon yang berubah marah, kesal, entahlah. Itu membuatku semakin penasaran.
“Ada apa?” Tanyaku. Aku berusaha melihat apa yang terjadi. Tapi Jung Yeon menahan tanganku. Membuatku mengeryit.
“Eeeng, kit-kita pindah cafe saja ya?”
“Eh?! Kenapa?” Tanyaku pada Jung Yeon. Jung Yeon tergagap. Seakan tak bisa menjawab. Membuatku curiga, pasti ada sesuatu yang disembunyikan. Pasti.
“Jung Yeon benar. Ayo Gi Rim! Kita pindah cafe saja.” Kali ini Lissette.
Hey? Ada apa ini? Kenapa mereka kompak sekali?
Aku mengangguk. Terserah mereka saja lah, pikirku.
“KIKO! AKU MENCINTAIMU?”
“Tunggu!” Aku spontan menghentikan langkahku. Begitupun Jung Yeon dan Lissette.
Ki-Kiko?
Aku bergegas. Berjalan ke depan. Melihat obyek apa yang membuat cafe ini begitu ramai.
“GI RIM!” Pekik kedua temanku yang sama sekali tak ku pedulikan.
Aku berusaha melewati kerumunan manusia ini, hingga mencapai depan.
Dan…
Obyek yang menjadi pusat perhatian pengunjung cafe ini adalah…
Min Yoon Gi…
Yang sedang menyatakan cintanya pada, Kiko…
Yah! Kekasiku…
Keksihku sedang berutut sambil membawa bunga dan cincin di hadapan gadis itu…
Ah! Aku tahu! Kekasihku sedang melamar kekasihnya…
Ya! Min Yoon Gi, melamar Kiko…
Aku menatap keduanya…
Sesak…
Sakit…
Hingga tak terasa, air mata ini menetes begitu saja…
Dan semakin deras ketika Yoon Gi mencium lembut bibir Kiko…
Kenapa?
Kenapa rasanya sesakit ini?
Selayaknya orang-orang di cafe ini, selayaknya orang yang tak mengenal mereka. Aku pun bertepuk tangan untuk mereka. Turut berbahagia untuk mereka. Mskipun sesak rasanya.
Ku lihat mereka membungkuk, mengucapkan terima kasih. Dan ia menyadari keberadaanku. Ia menatapku. Begitupun aku. Menatapnya sendu. Mencoba memberitahunya bahwa, diriku baik-baik saja.
Aku tersenyum. Sebelum berbalik meninggalkannya.
Mungkin, ini sudah saatnya…
Ya, ini waktunya…
-Park Gi Rim POV end-
***
-Author POV-

Pemuda ini hanya berdiri di depan pintu apartmentnya. Hatinya berkecamuk. Takut jika nanti ia harus bertatap muka dengan Gi Rim.
Apa yang harus ia lakukan?
Apa yang harus ia katakan?
Bagaimana ia harus bersikap pada gadis yang sudah menemaninya selama hampir 2 tahun itu?
Ia menghela nafasnya sejenak, sebelum membuka pintu apartmentnya dan memasukinya.
“Aku pulang!” Sapanya.
Tak ada jawaban.
“Gi Rim-a! Aku pulang!”
Masih tak ada jawaban.
‘Kemana Gi Rim?’ Pikirnya.
Ia melangkah, masuk ke apartmentnya. Dapat ia lihat, di meja makannya tersaji beberapa makanan. Ia meletakkan tasnya diatas sofa, melangkahkan kakinya ke ruang makan.
Nasi dan lauk pauknya tersaji rapi diatas meja makan.
“Eh?! Apa itu?” Gumamnya saat melihat secarik kertas di meja makan itu.

.
Min Yoon Gi…
Hai…
Maaf aku pergi tanpa pamit. Hehehe.
Yoon Gi-ya…
Aku hanya ingin kau tahu, kalau aku lelah…
Aku lelah Yoon Gi…
Aku lelah mempertahankan ini semua…
Aku lelah harus berpura-pura tak mengetahui hubunganmu dengannya…
Aku lelah menunggumu…
Aku lelah menunggumu mengatakan ‘Gi Rim, Let’s Break up! Go away from me!’
Hanya kalimat itu yang ku tunggu Yoon Gi… Hanya itu…
Aku tak meminta banyak padamu…
Aku hanya ingin kau jujur padaku…
Jujur padaku kalau kau memang sudah tak menginginkanku lagi, dan kau ingin aku pergi darimu…
Tapi itu semua tak pernah ku dapatkan…
Dan dengan pertemuan kita di cafe, ku rasa itu semua cukup untuk menjadi alasan kenapa aku memilih untuk pergi darimu…
Kau sudah memilihnya…
Dan aku bahagia melihat kalian bahagia…
Dia gadis yang cantik…
Jaga dia… Jangan sampai kau kehilangannya…
Yoon Gi-ya…
Maaf, selama aku menjadi kekasihmu, aku tak pernah bisa menjadi kekasih yang baik…
Maaf, aku selalu mengganggumu dengan celotehku…
Maaf, aku selalu mengganggumu dengan tingkah manjaku…
Maaf, aku selalu mengganggumu dengan sifatku yang kekanakan…
Maaf…
Yoon Gi-ya…
Terima kasih, kau telah memberi warna tersendiri di hidupku…
Terima kasih atas semua pengertian dan kebaikanmu selama ini…
Terima kasih, atas 2 tahun yang sangat indah ini…
Terima kasih untuk semuanya…
Yoon Gi-ya…
Jaga kesehatanmu…
Jangan terlambat makan…
Tidurlah yang cukup…
Jangan terlalu lelah…
Hah, sepertinya sudah terlalu banyak yang ku tulis ini…
Hey Min Yoon Gi! Aku tunggu kabar gembira darimu dan Kiko ya…Hehehe.
Selamat tinggal…
Park Gi Rim~
NB: Aku memasak makanan kesukaanmu. Aku harap kau mau memakannya walau Cuma sesendok. Tapi kalau kau tak mau, kau bisa membuangnya. Kau bisa kan membuangnya sendiri? Kkk~

.
Yoon Gi terduduk. Lemas.
Benarkah yang ia baca ini?
Park Gi Rim?
Pergi mennggalkannya?
Ia terdiam. Mengingat apa yang ia lakukan pada Gi Rim belakangan ini.
Gi Rim yang setia menunggunya pulang. Gi Rim yang setia memasakkan makanan untuknya, walau ia sama sekali tak pernah menyentuh makanannya. Gi Rim yang merawatnya saat sakit hingga gadis itu tertidur di lantai.
Ia merasa begitu jahat. Begitu bodoh.
Bagaimana ia bisa menyiakan Gi Rim yang sudah 2 tahun menemaninya demi Kiko yang baru saja ia kenal?
Ia mendongak. Menahan air matanya yang mungkin akan menetes.
‘Gadis ini, kenapa begitu bodoh? Menyakiti dirinya demi pria sepertiku?’ Pikirnya.
Tangannya meremas surat itu hingga tak berbentuk.
Ia mengalihkan pandangannya. ‘Ia bahkan menyempatkan diri membuatkanku makanan sebelum pergi.’ Batinnya miris.
Tangan kanannya mengambil sendok. Mencicipi makanan buatan Gi Rim.
Rasa ini…
Rasa masakan ini yang ia rindukan…
Rasa masakan Gi Rim yang selalu membuat nafsu makannya meningkat…
Rasa masakan Gi Rim yang terasa special di lidahnya…
‘Tuhan… Begitu brengseknya aku…’
Yoon Gi tenggelam dalam lamunannya. Di otaknya kini hanya dipenuhi oleh Gi Rim. Sudah berapa lama Yoon Gi mengabaikannya. Dan kini, Yoon Gi sangan merindukannya. Di saat gadis itu sudah pergi meninggalkannya.
‘DRRTT’
Getar ponselnya membuyarkan lamunannya…
“Kiko?” Gumamnya saat melihat nama di layar ponselnya.
“Halo? Ada apa Kiko?”
“Hal-halo.. Yoon Gi… Yoon Gi tolong aku…”
“Tolong? Kau kenapa? Kau dimana sekarang? Apa yang terjadi?” Panik Yoon Gi.
“Aku ada di Rumah sakit. Di depan ruang operasi. Kemarilah. Aku jelaskan disini. Kumohon…”
“Baiklah baiklah… Tunggu aku!”
‘Pip’
Yoon Gi segera bergegas menuju rumah sakit yang dimaksud oleh Kiko.
Tak butuh waktu lama. 15 menit setelahnya, Yoon Gi sudah tiba di rumah sakit yang dimaksud Kiko. Ia berlari, mencari Kiko. Raut wajah khawatir tegambar jelas di wajahnya.
“KIKO!” Pekiknya saat melihat gadis itu duduk gelisah. Ia segera berlari menghampiri gadis itu.
Kiko pun berdiri dan memeluk Yoon Gi ketika Yoon Gi di hadapannya. “Aku takut Yoon… Aku takut…”
Yoon Gi mengusap rambut Kiko lembut. Sesekali mengecup puncak kepala gadis itu. “Tenanglah… Tenang… Sekarang ceritakan padaku, apa yang terjadi.” Yoon Gi mendudukkan gadisnya di bangku. Memeluknya dari samping. Mencoba menenangkannya.
“Aku dikepung sekawanan perampok. Perampo itu hendak mengambil barangku dan hendak mencelakaiku…” Kiko memulai ceritanya. Yoon GI hanya menatapnya.
“Dan saat perampok itu akan menusukku, seseorang datang meneriakkan namaku ‘KIKO AWAS!’ Ia menyelamatkanku.”
“Lalu?” Tanya Yoon Gi penasaran.
“Aku memang selamat. Namun, ia tertusuk pisau di perutnya. Hingga menembus belakang tubuhnya. Dan orang itu sekarang dalam keadaan yang kritis Yoon. Aku takut terjadi apa-apa dengannya Yoon. Aku takut…” Tangis Kiko pecah kala mengingat kejadian yang menimpanya. Yoongi dengan sigap memeluk gadisnya. Menyandarkan gadis itu di dadanya. Membiarkan Kiko menangis di dadanya.
Cukup lama mereka terdiam. Menenangkan diri mereka masing-masing. “Yoon Gi! Kau mau tahu apa yang aku temukan? Apa yang orang itu bawa?” Kiko mendongak, menatap Yoon Gi.
Yoon Gi memandangnya heran. Untuk apa gadis itu menanyakan hal tersebut. “Memangnya apa?” Tanya Yoon Gi pada akhirnya.
Kiko mengambil benda itu dari sakunya. Pigura kecil yang dibawa oleh penyelamatnya. Dan memberikannya pada Yoon Gi.
Yoon Gi menerimanya. Dan betapa kagetnya ia ketika melihat foto di pigura kecil itu.
“Gi Rim?” Gumamnya.
“Park Gi Rim yang menyelamatkanku. Aku bertemu dengan salah satu temannya saat mengantarnya kemari. Ia menceritakan semuanya padaku sebelum ia pergi. Ia membantuku mengurus laporan di kantor polisi.” Jelas Kiko. Yoon Gi hanya mengatupkan mulutnya rapat-rapat.
Jadi?
Orang yang sedang meregang nyawa di ruang operasi?
“Park Gi Rim…” Lirihnya sambil menggenggam pigura kecil itu.
Air matanya tumpah…
BIsa-bisanya gadis itu membahayakan nyawanya sendiri demi Kiko?
“Aku tak meminta penjelasanmu sekarang. Aku hanya minta, temani Gi Rim hingga ia sadar. Hingga ia kembali sehat. Bisa kan?” Pinta Kiko. Ia mengatupkan kedua tangannya, memohon agar Yoon Gi mengabulkan permintaannya.
“Gi Rim…” Yoon Gi tak bisa menjawab. Hanya nama Gi Rim yang ia sebut saat ini.
Kiko membawa Yoon Gi ke dalam pelukannya. Ia mengerti, pemuda ini pasti shock mengetahui bahwa Gi Rim adalah orang yang menyelamatkannya. Dan Gi Rim sedang dalam kondisi kritis saat ini.
‘SREKKK’
“Kerabat Nona Park Gi Rim?” Seseorang berseragam operasi, keluar dari ruang operasi.
Kiko dan Yoon Gi segera bangkit, menghampiri salah satu perawat tersebut. “Kami kerabatnya. Park Gi Rim baik-baik saja kan?” Tanya Kiko cemas.
“Min Yoon Gi?” Bukan menjawab, perawat tersebut balik bertanya.
Yoon Gi yang merasa namanya disebut hanya mengangguk. Lidahnya terlalu kelu untuk sekedar menjawab.
“Gi Rim memanggil namamu. Masuklah.”
Yoon Gi bergegas masuk. Setelah mengenakan pakaian steril, ia langsung menghampiri Gi Rim yang terbaring lemah dengan berbagai alat di tubuhnya. Pemuda itu mengecup kening Gi Rim sekilas dan menggenggam tangannya.
“Gi Rim-a…”
“Y-Yoon Gi…” Panggil Gi Rim dengan suaranya yang amat lemah.
Yoon Gi mengangguk. Berkali-kali ia mengecup tangan Gi Rim. “Maafkan aku… Kumohon… Bertahanlah…” Mohon Yoon Gi. Gi Rim hanya tersenyum. Menatap lemah pemuda itu.
“k-ka-kau… Ss-sud-dah me-makan masa-kanku k-kan?” Tanya Gi Rim tertatih.
Yoon Gi mengangguk kembali. “Masakanmu yang terbaik. Ku mohon bangunlah. Ku mohon bertaha. Aku janji, aku akan memakan semua masakanmu. Aku janji Gi Rim… Maafkan aku…”
Gi Rim tersenyum lemah. “Ja-ga Kiko ya?”
“Gi Rim-a…”
“I s-still l-love you Min Yoon Gi…” Gi Rim menutup matanya seiring kalimat terakhir yang ia ucapkan untuk Yoon Gi.
“Gi-gi Rim? Gi Rim jangan bercanda… Gi Rim-a… bangunlah… PARK GI RIM…” Teriaknya frustasi. Ia mengguncang tubuh Gi Rim. Berharap gadis itu akan bangun dan memeluknya.
Terlambat…
Gi Rim telah pergi…
Pergi meninggalkannya ke tempat yang jauh lebih baik…
“Maafkan aku Gi Rim… Maaf…” Lirih Yoon Gi sambil memeluk tubuh Gi Rim.
Kiko hanya berdiri, mengintip dari balik tembok. Sungguh, ia pun merasa sangat bersalah pada Gi Rim. Ia merasa harusnya ia yang terbaring, bukan Gi Rim.
“Maafkan aku Park Gi Rim… Harusnya aku tak berada diantara kalian. Maaf…”
***
Satu persatu orang meninggalkan pemakaman Gi Rim. Kini hanya tersisa Kiko dan juga Yoon Gi.
Yoon Gi berjongkok. Mengusap nisan Gi Rim.
“Yoon Gi, aku pergi dulu ya?” Pamit Kiko yang hanya diangguki oleh Yoon Gi.
Yoon Gi masih memandangi tanah basah makam Gi Rim. Ia tak menyangka, hari itu , hari dimana ia melamar Kiko. Hari dimana ia menggoreskan luka yang cukup dalam di hati Girim, merupakan pertemuan terakhirnya dengan Gi Rim.
“Kenapa kau meninggalkanku secepat ini?” Gumamnya seorang diri sambil mengusap nisan itu.
“Kau bahkan tak memberiku kesempatan untuk menebus semua kesalahanku…”
“Maafkan aku. Aku tak mau kehilanganmu, sungguh… aku tak mau berpisah denganmu… aku sangat mencintaimu, hingga berakhir menyakitimu…”
“Aku tahu aku serakah… Aku mencintaimu, tapi aku juga ingin memiliki Kiko. Aku tak mau kehilanganmu, tapi aku malah menyiakanmu…”
“Maafkan aku Gi Rim… Maaf…”
“Kau ingat kan? Aku pernah mengatakan apa? Kau tak akan pernah bisa lari dariku Gi Rim… Kau milikku… Kau tak boleh meninggalkanku, sebelum aku menyuruhmu pergi…”
“Dan Kau malah meninggalkanku pergi, padahal aku tak menyuruhmu pergi. Cih! Kau pikir kau bisa lari dariku, Hm?”
“Ingat Gi Rim, kau milikku. Meskipun kau pergin aku akan tetap mengejarmu Park Gi Rim…”
“Karna kita akan selamanya bersama… Min Yoon Gi dan Park Gi Rim…”
Yoon Gi mengeluarkan sesuatu dari saku celananya, dan-
‘DOORR’

***FIN***

**

Repost dari Blog yang lama…

Gue pindah kesini yee…

Thanks ^^

Tinggalkan komentar